Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Tropical Cyclone)  adalah pusaran angin kencang dengan diameter Sampai dengan 200 km dan  berkecepatan > 200 km/jam serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km.  Dengan kecepatan angin sedemikian, sebuah badai tropis yang melintasi  daratan dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat hebat. Tidak hanya  pohon-pohon yang tercerabut dari akarnya, bangunan-bangunan permanen  tersapu, mobil besar, kereta api, dan benda-benda besar atau berat  lainnya terangkat dan beterbangan,  serta menimbulkan ribuan korban  jiwa.

Pemberitaan mengenai badai, siklon tropis, dan putting beliung di  media massa beberapa bulan terakhir seakan menambah kecemasan baru bagi  masyarakat kita yang sudah kenyang diguncang bencana. Apalagi dengan  banyaknya informasi simpang siur dan isu-isu yang berkembang seakan-akan  terus memupuk kondisi resah dan was-was itu sampai-sampai menimbulkan  ketakutan yang berlebihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Analisa parameter-parameter cuaca khususnya yang berkaitan dengan  badai (mulai dari sifatnya, geraknya, pertumbuhannya, hingga kerusakan  yang mungkin ditimbulkannya) memerlukan pemahaman mendalam mengenai ilmu  cuaca. Dan memahami ilmu cuaca tidak hanya bersifat liner tapi bersifat  multfungsi dan pemahaman secara kesuluruhan sirkulasi udara serta sebab  dan akibatnya.
 
SEKILAS BADAI TROPIS
Meskipun badai itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak puluhan bahkan  ratusan tahun yang lalu, kata “Badai” di telinga masyarakat Indonesia  seolah-olah merupakan fenomena yang baru, aneh dan seolah-olah sama  dengan badai yang terjadi di Amerika, Australia, Jepang, china dan  Filipina.
Badai Tropis (disebut juga dengan Typhoon atau Hurricane atau Tropical Cyclone)  merupakan pusaran angin kencang dengan diameter sampai dengan 200  km/jam, berkecepatan > 200 km serta mempunyai lintasan sejauh 1000  km. Setiap tahunnya badai tumbuh di atas perairan luas di setiap  samudera yang ada di permukaan bumi. Ia bisa tumbuh ketika suhu muka  laut berada di atas 27 oC dan bisa dideteksi kemungkinan  tumbuhnya sejak tiga hari sebelumnya. Karena bertambahnya faktor  kekasaran permukaan dan kehilangan sumber kelembabannya, badai akan  melemah ketika masuk ke daratan.
 
INDONESIA BUKAN DAERAH LINTASAN BADAI 
Setiap badai bergerak dengan lintasan mereka masing-masing. Meskipun  demikian, pada umumnya badai yang terbentuk di sebelah Utara ekuator  bergerak ke arah Barat atau Barat Laut, dan badai yang terbentuk di  sebelah Selatan ekuator bergerak ke arah Barat atau Barat Daya. Ini  berkaitan banyak faktor termasuk di antaranya arah rotasi bumi dan gaya  corioli yang ditimbulkannya.
Badai tropis bergerak berbanding lurus dengan besar gaya coriolis  bumi. Di sini berlaku fungsi matematik Sinus Ф dengan Ф adalah besar  lintang. Karena Indonesia berada di wilayah ekuator dengan sudut lintang  rendah, maka harga Sinus yang didapat mendekati nol. Hal tersebut  menyebabkan badai tropis apapun tidak mungkin melintasi wilayah  Indonesia. Bisa dilihat dari data klimatologi bahwa wilayah tumbuh badai  tropis adalah di atas 10o LS pada bulan Desember sampai April dan diatas 10o LU pada bulan September sampai November.
Pada saat musim kemarau, Badai Tropis tumbuh di sekitar perairan  sebelah Utara Papua Nugini dan bergerak ke arah Filipina dan Korea/  Jepang. Badai jenis ini termasuk di antaranya Badai Tropis Cimaron (6  Oktober – 6 November 2006), Badai Tropis Durian (26 November – 6  Desember 2006) maupun Badai Tropis Utor (6 – 14 Desember 2006).   Biasanya daerah yang terpengaruh adalah sekitar Sulawesi Utara dan Papua  Nugini.
Pada saat musim  hu jan, badai tropis tumbuh di sekitar perairan Laut  Timor atau Teluk Carpentaria dan bergerak ke arah Barat atau Barat  Daya. Badai jenis ini termasuk di antaranya Badai Tropis Nelson (6 – 7  Februari 2007), Badai Tropis George (3 – 9 Maret 2007) maupun Badai  Jacob (7 – 12 Maret 2007). Badai ini mempengaruhi kondisi cuaca di  wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa, Bali dan  Sumatera Selatan.
Dari kenyataan itu dapat ditegaskan sekali lagi bahwa Badai tidak  selamanya membentuk cuaca buruk di Indonesia, sehingga diperlukan dalam  menganalisa dibuutuhkan prakirawan cuaca yang berpengalaman dan qualified,  memahami seluk beluk sirkulasi udara, tidak hanya sekedar melihat  satelit awan kemudian menyimpulkan adanya bibit badai akan mengancam  Indonesia.
 
KLIMATOLOGI BADAI

Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik BMG telah mengumpulkan data  badai tropis yang pernah terjadi selama 41 tahun dari tahun 1965 – 2005.  Data yang terkumpul khususnya untuk wilayah 0°-50° LS dan 90°-150° BT.  Area ini mencakup wilayah Indonesia bagian selatan ekuator, Samudra  Hindia bagian Timur, benua Australia, Papua Nugini dan Sebagian Samudera  Pasifik Barat.
KESIMPULAN
- Badai Tropis harus dilihat dari kecepatan angin kemudian baru tekanan bukan dari citra satelit awan
- Dampak tidak langsung dari Badai Tropis ditentukan sirkulasi udara yang sedang terjadi
- Cuaca Buruk : hujan lebat, angin kencang dan gelombang tinggi terjadi pada saat sebelum Badai Tropis tumbuh
- Badai Tropis tidak melintasi Indonesia, dampak tidak langsungnya tergantung arah gerakan dari badai itu sendiri
- Rata-rata jumlah Badai Tropis pada bulan Maret sebanyak 3 kali, sedangakan bulan April antara 1 atau 2 kali
- Tidak memberikan informasi Badai jika tidak dilengkapi dengan data yang akurat
- Agar berkordinasi dengan Sub Bidang Informasi Meteorologi Publik
- Dalam menganalisa Puting beliung sebaiknya tidak perlu dikaitkan dengan Badai Tropis karena mempunyai skala ruang dan waktu yang sangat berbeda
- Achmad Zakir. Drs, Hujan lebat, Angin Kencang dan Badai, 2005
- Achmad Zakir. Drs, Badai Angin , 2006
- Achmad Zakir. Drs, Bagaimana mengetahui adanya Angin Kencang/Putting Beliung, 2006
- WMO, TD 1129, 2002
 
 
 

 20.57
20.57
 saadatul
saadatul
 Posted in
 Posted in  














No Response to "Badai Dan Pengaruhnya Terhadap Cuaca Buruk Di Indonesia"
Posting Komentar