
Kerusakan Hutan (Deforestasi) Di Indonesia




3 Kerusakan Alam Terparah Di Indonesia


Kerusakan Akibat Penambangan Oleh PT. Newmon* Di Nusa Tenggara
Setelah dimulainya penambangan Emas oleh PT. Newmon* selama kurang lebih 20 tahun menyebabkan begitu banyak kerusakan alam yang dapat dilihat langsung dan juga menyebabkan kerusakan di laut dikarenakan pembuangan limbah ke laut dan lingkungan sekitar dimana limbah-limbah tersebut masih mengandung merkuri dan arsenik.
Freepor* telah membuang tailing dengan kategori limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini telah mencapai pesisir laut Arafura. Tailing yang dibuang Freepor* ke Sungai Ajkwa melampaui baku mutu total suspend solid (TSS) yang diperbolehkan menurut hukum Indonesia. Limbah tailing Freepor* juga telah mencemari perairan di muara sungai Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis mahluk hidup serta mengancam perairan dengan air asam tambang berjumlah besar.
Dari hasil audit lingkungan yang dilakukan oleh Parametrix, terungkap bahwa bahwa tailing yang dibuang Freepor* merupakan bahan yang mampu menghasilkan cairan asam berbahaya bagi kehidupan aquatik. Bahkan sejumlah spesies aquatik sensitif di sungai Ajkwa telah punah akibat tailing Freepor*.


Kondisi rusaknya terumbu karang itu akan terasa makin memprihatinkan bila mendengar keterangan dari pakar terumbu karang, yang mengatakan bahwa pemulihan terumbu karang memakan waktu cukup lama, berpuluh hingga beratus tahun. Itu pun bila kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung.
Padahal, fungsi terumbu karang amat besar bagi kelangsungan hidup ikan dan beragam biota laut lainnya, mulai dari tempat mencari makan hingga berkembang biak. Oleh karena itu, rusaknya terumbu karang berarti juga menurunnya populasi ikan. Itu berarti pula berkurangnya pasokan ikan sebagai bahan pangan manusia. Manfaat lain dari terumbu karang adalah sebagai pelindung pantai dari abrasi


Laut


Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni.
Sejarah
Laut, menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100 °C) karena panasnya Bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer Bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan dan menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam Bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu juga bertipe mamut atau tinggi/besar sekali tingginya karena jarak Bulan yang begitu dekat dengan Bumi.Awal mula
Menurut para ahli, awal mula laut terdiri dari berbagai versi; salah satu versi yang cukup terkenal adalah bahwa pada saat itu Bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar Matahari untuk masuk ke Bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di Bumi hingga terbentuklah lautan.Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai berkurang akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di Bumi juga mengalami pengurangan dan bagian-bagian di Bumi yang awalnya terendam air mulai kering. Proses pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut semakin asin.
Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet Bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut berperan dalam menyerap energi panas yang ada, namun pada saat itu diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di bumi.
Kehidupan di Bumi, menurut para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun demikian teori ini masih merupakan perdebatan hingga saat ini.
Pada hasil penemuan geologis di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan (yang diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun) menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut. Hal ini mungkin menjawab pertanyaan tentang saat-saat awal kehidupan dan di bagian lautan yang mana terjadi awal kehidupan tersebut. Sedangkan kelautan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari berbagai biota atau makhluk hidup di laut yang perlu dimanfaatkan melalui usaha perikanan.

Fenomena Geologi di Balik Daratan Terangkat



Oleh Gesit Ariyanto
SEPTEMBER 2007 giliran gempa bumi mengguncang Bengkulu. Gempa ini menyebabkan terangkatnya daratan Pulau Mega di Bengkulu hingga Pagai Selatan di Provinsi Sumatera Barat dengan ketinggian yang hampir sama dengan fenomena di Pulau Simeulue dan Nias.
Pada kunjungan bersama Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara-Wanadri di Pulau Sibarubaru, Pagai Selatan, awal Juni 2008, Kompas melihat fenomena alam menakjubkan. Garis pantai maju ke arah laut hingga sekitar 500 meter dengan hamparan terumbu karang yang telah mati.
Daratan terangkat sekitar 1 meter dari sebelumnya. Di sela-sela karang mati itu mulai tumbuh tanaman bakau.
Menurut Komandan Operasi Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara Haris Mulyadi, pemandangan serupa terlihat di Pulau Mega, Bengkulu. Ketinggian karang yang terangkat mencapai 1,5 meter, memajukan garis pantai ratusan meter.
Di dusun Lakau dan Limosua, Pagai Selatan, sekitar 40 menit perjalanan laut dari Pulau Sibarubaru, penduduk kesulitan merapatkan sampan akibat terangkatnya terumbu karang. Kenaikan daratan juga menyebabkan Sungai Lakau mendangkal.
Akibatnya, sungai tak lagi bisa dilewati perahu bermesin tempel seperti sebelumnya. Warga juga tak bisa lagi menjala ikan yang dulunya berkembang biak di sana.
Menurut warga, kedalaman sangai itu dulunya mencapai 2 meter. Kini kurang dari 1 meter.
Bagi pakar gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Danny Hilman Natawidjaja, fenomena itu biasa dijelaskan secara geologi. Penelitiannya bersama peneliti dari California Institute of Technology menemukan lebih dari satu siklus gempa bumi di kepulauan itu, masing-masing tahun 1300, 1600-an, 1797, dan 1833.
Berdasarkan kajian siklus gempa di pulau-pulau barat Pulau Sumatera, terangkatnya daratan perlahan-lahan diikuti penurunan. Kisaran penurunannya antara 1 cm hingga 1,5 cm per tahun.
Mengacu siklus gempa yang telah terdeteksi, penurunan gempa akan mencapai titik jenuh dalam tempo 200 tahunan, dengan kisaran penurunan daratan (pulau) antara 2 meter hingga 3 meter.
Tumbukan lempeng
Fenomena penurunan daratan di sisi barat Sumatera disebabkan tumbukan lempeng--lempeng samudra (di dasar Samudra Hindia) menekan lempeng benua di bawah daratan Sumatera. Seiring waktu, tekanan lempeng samudra itu akan melampaui kekuatan lempeng benua untuk menahannya.
Begitu tak tertahankan, pecah dan bergeserlah lempeng benua diikuti getaran yang disebut gempa bumi. Di lautan lentingan lempeng benua akan mengguncang lautan yang diikuti tsunami dan meninggalkan fenomena alam berupa terumbu karang menjadi daratan.
Informasi yang diperoleh Danny, lentingan lempeng benua pernah menyebabkan terangkatnya daratan (pulau) Pagai setinggi 3 meter. Fenomena naiknya terumbu karang hingga 1,5 meter, seperti yang terjadi saat ini, belum merupakan puncak.
Menurut Danny, tidak setiap terjadinya lentingan menunggu titik jenuh tumbukan. Bagian lempeng benua dapat terlepas lebih awal (sebelum siklus 200 tahunan).
Hanya, fenomena itu berdampak kecil, di antaranya disertai magnitudo gempa yang kecil dan rendahnya tsunami.
Fenomena lepasan "kecil" itulah yang disinyalir muncul sebagai gempa Nias, Maret 2005, dan gempa Bengkulu, September 2007.
Menurut catatan sejarah, setidaknya pernah terjadi dua kali gempa besar di gugusan Kepulauan Mentawai, yaitu tahun 1797 berkekuatan 8,3 skala Richter (SR) di Pulau Sipora dan gempa berskala 8,5 SR yang menghantam Pulau Pagai pada tahun 1833 silam.
Potensi terbaru
Saat ini dari lima pulau besar di gugusan Kepulauan Mentawai hanya daratan Pulau Sipora dan Siberut yang belum mengalami pengangkatan daratan.
Mengacu siklus 200 tahunan, hal itu menjelaskan bahwa segmen lempeng benua di bawah dua pulau itu masih sanggup menahan tumbukan lempeng benua. Berbeda dengan kejadian di kawasan Pulau Mega serta Pagai Selatan atau di kawasan Simeulue dan Nias.
Dengan kata lain, potensi lentingan di kawasan Sipora dan Siberut sudah dalam taraf "hamil tua". Bila itu terjadi, bukan tidak mungkin menggerakkan segmen lainnya.
Menurut Danny, penjelasan potensi itu disebabkan episentrum gempa bukan berupa titik, tetapi sebuah bidang.
Episentrum gempa sebagai sebuah bidang itulah yang menjelaskan mengapa daratan di Simeulue (akibat gempa Desember 2004) terangkat, disusul peristiwa serupa di Nias tiga bulan kemudian (gempa Maret 2005). Artinya, pergeseran segmen lempeng tertentu akan diikuti segmen lain untuk mencapai titik keseimbangan.
"Melihat fenomena itu, terangkatnya daratan di Pulau Mega hingga Pagai Selatan masih akan diikuti kejadian serupa di Pagai Utara, Sipora, atau Siberut. Hanya, tak tahu kapan waktunya," ujarnya. Mengacu peristiwa Nias, hanya membutuhkan waktu tiga bulan menyusul Simeulue.
Memicu tsunami
Yang patut dikhawatirkan adalah bila pusat gempa bumi berada di bawah Selat Mentawai. Hal itu akan memicu tsunami besar yang mengancam Pantai Padang yang berkontur datar dan tidak terlindungi.
Kekhawatiran dengan kadar berbeda bila pusat gempa berada di sisi barat kepulauan Mentawai, di mana tsunami ke arah Padang telah terlindungi pulau-pulau. Akan tetapi, mengancam penduduk di pesisir barat Mentawai.
Kini siklus gempa sudah terdeteksi melalui "garis tahun"terumbu karang yang mati dan informasi pergerakan muka bumi melalui alat global positioning system. Akan tetapi, prediksi waktu yang tepat datangnya gempa tetap belum dapat dicapai.
Sekalipun belum jelas kapan datangnya gempa, kesiapsiagaan perlu dibangun demi keselamatan warga pesisir. Tujuannya bukan hanya bagi warga di gugusan kepulauan di barat Pulau Sumatera, tetapi juga bagi warga yang bermukim di sepanjang pesisir pantai barat Sumatera, seperti Padang, Sibolga, hingga Bengkulu.
Posisi Pulau Sumatera, yang menjadi semacam "engsel" naik-turunnya daratan (pulau) di gugusan Mentawai, bukan berarti membebaskan daratan Sumatera dari dampak gempa bumi berpotensi tsunami. Apalagi, bila pusat gempa berada di bawah Selat Mentawai.

Pemanasan Global Ancam Daratan Indonesia


Banjir, kekeringan, dan badai, lanjutnya, merupakan berita-berita yang akrab di telinga. Banyak ahli mengaitkan fenomena tersebut dengan perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global. Sejak 1850, tambahnya, gletser Alpine telah kehilangan lebih dua pertiga dari volume aslinya. Pada 2100, diperkirakan hanya 5 persen gletser yang akan bertahan.
Selain itu, suhu tinggi memiliki pengaruh besar terhadap produksi hasil panen. Suhu hangat akan menyebabkan badai, tsunami, dan badai petir yang akan memengaruhi hasil panen pertanian. Menurut Indriastuti, di dunia internasional, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus berupaya tampil proaktif dalam diplomasi pemanasan global pada berbagai kesempatan.
" Pada tahun 2010 ini Presiden telah mencanangkan program Penanaman Satu Miliar Pohon dengan motto One Billion Tree, Indonesia For The World. Motto ini diwujudkan melalui program penanaman 1,3 juta hektare dan program gerakan penanaman swadaya oleh masyarakat,"
MEDAN - Pemanasan global yang berakibat naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan bencana yang cukup besar. Diperkirakan ribuan pulau akan hilang, termasuk kepulauan yang ada di Indonesia.Hal tersebut dikemukakan Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan Indriastuti, di Medan, Jumat (12/2). "Di Kota Jakarta serta Pantai Utara Jawa, peningkatan permukaan air laut dapat berakibat berkurangnya wilayah daratan yang cukup signifikan," ujarnya.
Indriastuti mengatakan banyak ahli yang memprediksi bahwa pada 2015, Pantai Ancol akan bergeser, hingga mendekati Istana Negara. Pihaknya menambahkan, dampak pemanasan global saat ini cukup nyata terjadi di sekeliling kita. Menipisnya gletser dan lapisan es di kutub telah mengakibatkan permukaan air laut meningkat.
Banjir, kekeringan, dan badai, lanjutnya, merupakan berita-berita yang akrab di telinga. Banyak ahli mengaitkan fenomena tersebut dengan perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global. Sejak 1850, tambahnya, gletser Alpine telah kehilangan lebih dua pertiga dari volume aslinya. Pada 2100, diperkirakan hanya 5 persen gletser yang akan bertahan.
Selain itu, suhu tinggi memiliki pengaruh besar terhadap produksi hasil panen. Suhu hangat akan menyebabkan badai, tsunami, dan badai petir yang akan memengaruhi hasil panen pertanian. Menurut Indriastuti, di dunia internasional, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus berupaya tampil proaktif dalam diplomasi pemanasan global pada berbagai kesempatan.
" Pada tahun 2010 ini Presiden telah mencanangkan program Penanaman Satu Miliar Pohon dengan motto One Billion Tree, Indonesia For The World. Motto ini diwujudkan melalui program penanaman 1,3 juta hektare dan program gerakan penanaman swadaya oleh masyarakat,"

kerusakan laut


Terumbu Karang
Terumbu karang adalah salah satu komponen utama sumber daya pada laut pesisir dan laut utama. Selain itu, terumbu karang juga merupakan kumpulan fauna laut yang menyatu dan membentuk sebuah terumbu. Sementara kondisi strukturnya mayoritas terdiri atas kalsium dan juga karbon.
Berbagai jenis mikroorganisme yang hidup dan melayang pada kolom perairan laut adalah penghidupannya. Bahkan kita juga mendengar bahwa keberadaan struktur hidup terumbu karang adalah yang terbesar bahkan tertua di jagat dunia ini.
Butuh jutaan tahun untuk mengkondisikan terumbu karang seperti saat ini. Peranan strategis terumbu karang bagi spesies makhluk hidup di laut adalah seperti rumah. Jika kemudian rumahnya saja tidak dirawat bahkan dimusnahkan, bersiaplah akan datangnya kepunahan makhluk hidup di dalamnya. Dalam skala yang lebih meluas, maka keseimbangan akan terganggu dan ini adalah bencana dunia.
Fungsi
Ada beberapa fungsi penting keberadaan terumbu karang dalam menjaga menyeimbangkan kondisi di lautan. Ada pun fungsi yang dimaksud adalah:
1. Pelindung Ekosistem di Pantai
Pada fungsi ini, terumbu karang berguna menahan dan memecah energi dari gelombang sehingga mampu mencegah terjadinya abrasi air laut yang bisa mengakibatkan kerusakan di sekelilingnya.
2. Penghasil Oksigen
Terumbu karang juga mempunyai kegunaan dalam hal memproduksi sumber oksigen. Tidak berlebihan jika kemudian terumbu karang disebut-sebut sebagai habitat yang sangat nyaman bagi ragam biota di lautan.
3. Tempat Berlindung
Terumbu karang adalah hunian hewan dan tanaman laut berkumpul mencari makanan, berkembang biak dan membesarkan anaknya. Intinya terumbu karang adalah tempat berlindung biota laut.
Jika terumbu karang terawat, manusia bisa menikmati besarnya potensial perikanan yang didapat sebagai makanan keseharian bahkan mata pencaharian. Bahkan dikatakan, kondisi terumbu karang sehat mampu menghasilkan sebanyak 25 ton ikan pada setiap tahunnya.
Selain itu, fungsi terumbu karang bisa juga menjadi objek wisata yang menarik karena ragam warna-warninya yang memukau, serta kandungan kimia pada terumbu karang bisa berfungsi sebagai obat-obatan.
Kerusakan
Seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya teknologi yang mengakibatkan tingginya permintaan pada produksi laut, maka hal ini pelan-pelan merusak terumbu karang lebih dan merusak lautan. Padahal sejak dahulu manusia yang hidup di pesisir pantai, merasakan hubungan harmonis antara laut dan manusia.
Jika kondisinya sudah rusak, maka penyebab utamanya adalah ulah manusia itu sendiri. Adapun kegiatan yang bisa merusak terumbu karang adalah sebagai berikut:
- Kegiatan tangkap hasil laut berlebih (over-exploitation).
- Penggunaan teknologi perusak; potassium cyanide, bom ikan, dan sebagainya.
- Erosi dari daratan.
- Polusi kegiatan industri.
- Tidak tertatanya pertambangan di laut.
Hal lainya adalah gagalnya pemerintah dalam menangani sistem perekonomian dan pengambilan kebijakan dalam hal pemeliharaan ekosistem bagi kelangsungan laut yang tidak rusak.

LESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP


Maka sedikit demi sedikit Alam yang ada disekitar kita akan berubah menjadi tempat yang tak pernah akan kita impikan untuk anak cucu kita nanti, Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan seperti yang dilakukan oleh rekan-rekan kita yang terdaftar di BlackInnovationAwards atau biasa di singkat BIA, yaitu membuat suatu terobosan atau inovasi baru untuk tetap tinggal selaras dengan alam.
- Beli produk yang tidak memerlukan banyak energi dan sumber daya untuk manufaktur. Mencari produk yang ramah lingkungan berisi kemasan.
- Mengurangi penggunaan mobil dengan naik sepeda, carpooling dengan teman-teman, jalan kaki, atau dengan bus.
- Composting merupakan cara untuk membuang sampah dapur. Itu sehat untuk tanah dan sedikit sampah yang akan masuk ke lokasi penimbunan.
- Matikan lampu yang tidak digunakan dan menggunakan lampu hemat energi bulbs.
- Menonaktifkan Keran Air bila Anda penyikatan gigi.
- Gunakan tas kain grocery, bukan kantong plastik. Mereka dapat digunakan berulang kali.
- Logam kaleng dan plastik kontainer dapat digunakan untuk menyimpan item.
- Donasikan pakaian lama anda, mebel, dan mainan untuk amal, atau berikan kepada tetangga, teman yang membutuhkan
